Minggu, 26 Desember 2010
Diam Ku
tak pernah terlintas dalam fikir ku
lisan mu akan melahirkan kata-kata sekasar itu
memang benar kata mereka
satu lisan tak terjaga meruntuhkan seribu akhlak mulia
satu goresan akan membuat bakat yang bertahan lama
satu kata kasar menghilangkan kepercayaan ku padamu
tak biasa aku mendengarnya
tak pernah aku di ajarkan melontarkannya
tak pernah aku berniat melakukannya
sekarang ku hanya bisa diam
harapan ku kau dapat menjaga lisan mu
lisan yang terjaga akan menentukan tingkat kecerdasan mu
lisan yang terjaga akan menentukan tingkat kesabaran mu
dan lisan yang terjaga akan menentukan pantas tidak kah dirimu mendampingi ku ..
kau membuat ku ragu ...
Senin, 13 Desember 2010
Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga :
- lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain,
- lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain
- lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri
Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Allah SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Allah Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.
Dalam Al-Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:
- Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
- Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
- Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
- Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
- Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma – norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).
- Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)
- Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi
- Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)
Sabtu, 11 Desember 2010
Rahasia Indah .. ^v^
Jumat, 10 Desember 2010
Tunjukkan Aku ..
tutur kata yang indah
prilaku yang santun
penampilan yang memukau
alangkah eloknya
apakah itu perempuan yang di idamkan banyak pria..??
sekarang ku sadari
saat harta paling berharga ku dinikmati banyak mata
saat ku umbar kata-kata manis
saat ku berada di atas angin
tapi saat semua berubah
ternyata mereka juga berubah
ku ingin menjadi yang terbaik
terbaik dalam segala hal
terbaik bagi mereka
terbaik bagi nya
ku mengimpikan bisa menjadi yang terbaik bagi-Mu
apakah itu salah ..??
ku lihat mereka
muslimah-muslimah yang terlindung dalam kain mereka
cantik ...
pintar ..
dan dekat dengan -Mu ..
aku iri
aku ingin seperti mereka
Dalam doa ku ingin hanya satu orang yang menikmatinya
satu orang yang memang menginginkanku
satu orang yang dapat menghapus air mataku
satu orang yang melindungiku
satu orang yang dapat membimbingku kepada-Mu
Dalam tangis ku berharap
bersimpuh pada mu Ya Rabb
tunjukkan padaku mana pilihan-Mu
pilihan yang akan menjadi labuhan terakhir bagiku
untuk menyempurnakan ibadahku pada-Mu ..
Kamis, 09 Desember 2010
Menjaga Pandangan
Gadhul bashar yang dalam bahasa indonesia diartikan sebagai menjaga pandangan, menjaga pandangan dalam islam sangatlah dianjurkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, dalam sebuah ayat Al quran dijelaskan, yang artinya :
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra:32).
Terbersit dalam benak di hati, “terus apa hubungannya zina dengan menjaga pandangan??” gumam dalam hati. Dalam Hadist yang di riwayatkan Oleh Abu Huaraira r.a dijelaskan:
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, “Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah).
“Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (HR Bukhari).
Hadist tersebut menjelaskan sedikit banyak tentang bahaya zina, dan hal tersebut dapat berawal dari pandangan seperti yang jelaskan dalam sebuah ayat alquran di bawah ini :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. 24:30)
Dan diperkuat dalam hadist shahih berikut :
Mari kita dengarkan bagaimana Ummu Salamah berkisah tentang santunnya ‘Utsman bin Thalhah dalam perjalanan mereka ke Madinah.
Sungguh, hanya Allah yang mengawasi mereka sepanjang 400 kilometer itu.
Ya. Padahal Ummu Salamah adalah salah satu wanita tercantik di MAkkah, dan ‘Utsman pun tergolong tampan.
Agaknya, ketundukkan pandangan ‘Utsman bin Thalhah, kemuliaan akhlaqnya, dan kesuciannya inilah yang membuat Rasulullah mencegah ‘Umar membunuhnya saat dia masih musyrik dan menjadi tawanan Badar.
Bahkan kemudian, beliau menetapkan hak pemegang kunci Ka’bah padanya dan keturunannya saat penaklukan Makkah. Inilah yang beliau SAW lakukan, meski ‘Ali sang menantu mulia menginginkan dan meminta kedudukan itu untuk disatukan dengan hak pemberian minum jama’ah haji yang ada pada keturunan ‘Abdul Muthalib.
Ibnu Ishaq meriwayatkan fragmen ini, dalam penggal kisah Ummu Salamah.
Dan inilah yang dituturkan Ummu Salamah :
Utsman bin Thalhah bertanya kepadaku, “hendak pergi kemana wahai putri Abu ‘Umayah?”
Lalu dia menuntun tali kendali unta dan membawaku berjalan dengan cepat.
Demi Allah, aku tidak pernah bepergian dengan seorang laki-laki dari kalangan Arab yang lebih santun dari dirinya.
Jika tiba di suatu tempat persinggahan, dia menderumkan unta, kemudian dia menjauh dan membelakangiku agar aku turun. Apabila aku sudah turun, dia menuntun untaku dan mengikatnya disebuah pohon.
Kemudian ia menyingkir dan mencari pohon lain, berteduh dibawahnya sambil tidur telentang. Jika sudah dekat waktunya untuk melanjutkan perjalanan, dia mendekat ke arah untaku dan menuntunnya.
Sambil agak menjauh lagi dan membelakangiku dia berkata, “Naiklah!”
Jika aku sudah naik dan duduk dengan mapan di dalam sekedup, dia mendekat lagi dan menuntun tali kekang unta.
Begitulah yang senantiasa ia lakukan hingga ia mengantarku sampai ke Madinah.
Setelah melihat perkampungan bani ‘Amir bin ‘Auf di Quba’, dia berkata :” Suamimu ada di kampung itu. Maka masuklah ke sana dengan barakah Allah.”.
Setelah itu, ia membalikkan badan dan kembali ke Makkah.
Selasa, 07 Desember 2010
Kegundahan Hati
kemarin ku katakan kalau ku tak bisa mencinta