I. Pengertian
psikologi menurut para ahlI
1.
Hartley
Psikolinguistik
membahas hubungan bahasa dengan otak dalam memproses dan mengkomunikasikan
ujaran dan dalam akuisisi bahasa Hal yang penting adalah bagaimana memproses
dan menghasilkan ujaran dan bagaimana akuisisi bahasa itu berlangsung. Proses
bahasa berlangsung adalah pekerjaan otak. Yang tidak dimengerti dan tidak
diketahui yang pasti ialah bagaimana proses pengolahan bahasa sehingga berwujud
satuan-satuan yang bermakna dan bagaimana proses pengolahan satuan ujaran yang
dikirim oleh pembicara sehingga dapat dimengerti pendengar. Yang pasti segala
sesuatu berada dalambatabatas kesadaran (pembicara maupun pendengar).
2.
Carles Osgood dan Thomas Sabeok
Psikolinguistik
secara langsung berhubungan dengan proses kode dan mengkode seperti orang
berkomukasi.
3.
Robert Lado
psikolinguistik
adalah gabungan melalui psikologi dan linguistik. Bagaimana telaah atau studi
pengetahuan bahasa, bahasa dalam pemakaian , dan perubahan bahasa. Menurut Lado
psikologi hanya merupakan pendekatan. Pendekatan untuk menelaah pengetahuan
bahasa, pemakaian bahasa dan perubahan bahasa.
•
Pengetahuan bahasa bersangkut paut dengan masalah kognitif
•
Pemakaian bahasa berkaitan dengan praktek pengetahuan bahasa (apa yang
diketahui dikemukakan dalam pemakaian bahasa).
•
Peruabahan bahasa menyangkut akuisisi bahasa dan tahap perkembanganya terutama
ketika manusia masih kecil/kanak.
4. Emon Back
Psikolinguistik
adalah ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya pembicara membentuk dan membangun
suatu atau mengerti kalimat tersebut.
Hal ini mengacu pada domain kognitif, yakni bagaimana bahasa berproses
dalam otak kita. Bahasa yang diwujudkan dalam kalimat dihasilkan oleh pebicara
yang kemudian diusahakan untuk dimengerti oleh pendengar.
5.
Langacker
Psikolinguistik
merupakan telaah akuisisi bahasa dan tingka laku linguistik terutama mekanisme
psikologis yang bertujuan pada kedua bahasa tersebut. Akuisisi bahasa
bersangkut paut dengan proses pemerolehan bahasa. Tinga laku linguistik mengacu
pada proses kompetensi dan performance bahasa. Proses ini bahasa ini tetap
dalam otak. Oleh karena itu mekanisme psikologi sangat berperan.
6.
Diebolt yang dikutip Slama.
Psikolinguistik
dalam pengertian luas membicarakan hubungan antara psean dengan sifat-sifat
kemandirian manusia yang menyeleksi dan nmenafsirkan pesan.
7.
Paul Fraisse
Psikolinguistik
adalah hubungan antara kebutuhan kita untuk berekpresi dan berkomukasi dan
benda-benda yang ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita pelajari sejak
kecil dan tahap-tahap selanjtnya. Berdasarkan batasan-batasan yang telah
disebutkan diatas terdapat pandangan sebagai berikut :
•
psikolinguistik membahas hubungan bahasa dengan otak
•
psikolinguistik berhubungan langsung dengan proses mengkode dan menafsirkan
kode
•
psikolinguistik sebgai pendekatan
•
psikolinguistik menelaah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa, dan perubahan
bahasa
• psikolinguistik
menitikberatkan pada pembahasan mengenai akuisisi bahasa dan tingkalaku
linguistik.
Psikolinguistik termasuk salah satu cabang linguistik yang kerap
perkembangannya pesat karena membuka diri dalam temuan disiplin ilmu lain
sebagai alat bantu untuk menginterpretasikan masalah pemerolehan bahasa
(language acguisition) serta komprehensi dan produksi bahasa ( speech
comprehension and production). Psikolinguistik merupakan salah satu cabang
linguistik yang kompleks. Ahli psikolinguistik dituntut untuk dapat melakukan
analisis pada semua tataran linguistik (fonologi-morfologi-sintaksis-wacana-semantik-pragmatik)
dengan baik karena psikolinguistik berusaha memahami bagaimana bahasa berbahasa
di otak manusia. Selain itu, psikolinguistik juga mempertanyakan kembali apakah
terdapat bukti biologis bahwa bahasa bersifat anugerah kodrati (innate properties)
sebagaimana dicetuskan oleh Chomsky. Kajian psikoliguistik akan memberi kajian
yang bermanfaat untuk perencanaan bahasa jika penelitian tentang pemerolehan
bahasa pertama (chil language acquisition) ditingkatkan.
Hasil
penelitian mengenai anak yang normal, baik pemerolehan bahasa Indonesia maupun
pemerolehan bahasa daerah, diperlukan oleh perencanaan bahasa dan juga oleh
bidang pengajaran bahasa. Teori yang terbaru, yaitu cenectionism sangat
berkaitan erat dengan kumputasi bahasa (language computing), yaitu pembuat
program komputer yang mencoba meniru kerja otak dalam memproses bahasa. Dalam
hal ini, komputer diprogram agar dapat melakukan pemprosesan bahasa secara
pararel , masal, dan serempak (massive parallel prosesing ) dan computer
diharapkan dapat belajar menemukan sendiri pola dan struktur bahasa tanpa
diberi asupan tentang tata bahasa. Hal ini untuk meniru cara kerja otak anak
ketika belajar berbahasa sehingga satu-satunya jalan untuk menemukan pola dan
struktur bahasa adalah dengan mencoba mengoneksikan berbagai data kebahasaan
yang dientri ke dalam komputer.
Pendekatan
struktural lebih berorientasi pada pengamatan produk bahasa dengan mencoba
memahami perspektif proses komprehensi dan atau produk bahasa yang menjadi otak
manusia. Misalnya dengan menggunakan data linguistik berupa kilir lidah yang
dikenal spoonerisms. Psikolinguistik merupakan salah satu cabang lilnguistik
yang sangat menarik karena “memaksa” kita membuat berbagai hipotesis tentang
cara kerja otak memproses bahasa.
II. Objek Bahasa
Psikolinguistik
adalah gabungan dua disiplin ilmu Bahasa gejala jiwa Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa objek psikolinguistik adalah bahasa juga, tetapi bahasa yang
berproses dalam jiwa manusia yang tercermin dalam gejala jiwa. Dengan kata
lain, bahasa yang dilihat dari aspek –aspek psikologis.
•
Contoh : orang yang sedang marah akan lain perwuju dan bahasa yang digunakan
dengan orang yang sedang bergembira.
Titik berat psikolinguistik adalah bahasa, dan bukan gejala jiwa. itu sebabnya
dalam batasan-batasan psikolinguistik yang telah dikemukakan selalu ditonjolkan
proses bahasa yang terjadi pada otak (mind), baik proses yang terjadi di otak
pembicara maupun proses yang terjadi pada otak pendengar.
III. Lingkup Psikolinguistik
Lingkup
psikologis mencoba memerikan bahasa dilihat dari aspek-aspek psikologi dan
sejauh dapat dipikirkan oleh otak manusia. Topik-topik penting yang menjiwai
lingkupan psikolinguistik adalah :
•
Proses bahasa dalam komuniasi dan pikiran
•
akuisisi bahasa
•
Pola tingkah laku berbahasa
•
asosiasi verbal dan persoalan makna
•
Proses bahasa pada orang yang abnormal
•
Persepsi ujaran dan kognisi
Kita
sulit memikirkan bagaimana satuan bahasa bersemayam dalam otak kita.Yang jelas,
kita menyaksikan bahwa kita berbicara kadang-kadang tanpa dipikirkan lagi, dan
kita bergembira karena lawan bicara mengerti apa yang kita katakan.
1.4 Kedudukan Psikolinguistik dan Ilmu Lain
Setiap
ilmu berdiri sendiri. Namun dalam operasionalnya tidak berdiri sendiri.
Biasanya manusia menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan berbagai cabang ilmu.
dengan kata lain terdapat hubungan suatu ilmu dengan ilmu yang lain. Bagaimana
kedudukan psikolinguistik dengan ilmu lain dapat digambarkan oleh George
sebagai berikut:
Contoh
: Ali yang gemuk itu sakit.
Linguistik
: struktur kalimat
Psikologi
: bagaimana perasaan Ali yang sakit?
Logika
: mungkinkah orang yang gemuk itu sakit?
filsafat
: dari mana datangnya sakit, dan kalau sudah sembuh ke mana perginya rasa sakit
itu? mengapa orang sakit meskipun diobati meninggal juga?
psikologi
Linguistik
Filsafat
logika
1.5
Psikologi Dewasa Ini
Dewasa
ini psikolinguistik lebih diarahkan untuk pendidikan bahasa. Psikolinguistik
dimanfaatkan untuk pengajaran bahasa. Pengajaran bahasa di sini diarahkan agar
si terdidik mahir berbahasa. Jadi, tujuannya praktis, yakni agar si terdidik
dapat menggunakan bahasa yang diajarkan kepadanya. Peranan psikolinguistik
dalam pengajaran bahasa bukan saja berhubungan dengan akuisisi bahasa, tetapi
juga untuk kepentigan belajar bahasa pertama, bahasa kedua, dan bahasa asing.
Dewasa ini si terdidik bukan saja mempelajari satu bahasa tetapi harus
diajarkan bahasa yang bukan bahasa ibunya. Untuk mempelajari bahasa diperlukan
gabungan teori linguistik dan psikologi yang menjelama dalam sub disiplin
linguistik yang disebut Psikolinguistik Dengan adanya psikolinguistik
diharapkan proses akuisis bahasa lebih terungkap dan pengajaran bahasa , baik
bahasa ibu, bahasa kedua, maupun bahasa asing lebih memenuhi harapan.
2.
Aspek-Aspek Psikolinguistik
2.1
Pendekatan
Bahasa
dapat dilihat dari pendekatan :
a)
Bahasa sebagai suatu sistem
Mengisyaratkan
adanya kaidah yang mengatur suatu bahasa. Kaidah bahasa tertentu tercermin
dalam tatarannya. Kaidah tersebut tidak berdiri sendiri tetapi merupakan
seperangkat unsur yang menjalin dan membentuk suatu sistem. Bahasa itu bersifat
dinamis dengan pengertian bahwa bahasa itu berkembang sesuai dengan
perkembangan penutur bahasa. Itu sebabnya bahasa dapat pula kita lihat sebagai
tingka laku personal. Sebagai suatu sistem bahasa menampakan wujudnya dalam
bunyi dan simbol-simbol. Bunyi dan simbol mengikuti kaidah yang ditaati oleh
penutur bahasa dan secara konvensional digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
sistem bahasa tertentu yang merupakankompetensi penutur bahasa akan menampakan
wujudnya dalam performansi seseorang.
b)
Bahasa sebagai tingkah laku personal
Sebagai
tingkah laku personal, bahasa menampakan wujudnya dalam penampilan
seseorang. Contoh : apabila seseorang
berkata, “Berkatalah Saudara dan akan saya katakan siapakah saudara”. Dengan
kata lain, dengan bahasa kita dapat ketahui tingkah laku penutur bahasa. Orang
bisa saja mengambil kesimpulan dengan melihat reaksi seseoran terhadap
rangsangan yang ia terima. Hubungan antara siatasi, konteks verbal pembicaraan
dapat dipelajari dan dapat kiota mengamil kesimpulan makna yang terkandung
dalam sutau tuturan.
b)
Bahasa sebagai tingkah laku antarpersonal
bahasa
dapat dilihat melalui situasi komunikasi pada situasi tertentu. Apabila
seseorang bertanya dan lawan bicara menjawab dengan memuaskan berarti
komunikasi berhasil baik. Sebaliknya kalau seseorang memerintah kemudian lawan
bicara diam saja, itu tandanya komunikasi tidak berhasil.
Sebab-sebabnya
dapat dilihat dari :
•
pembicara
•
lawan bicara
•
situasi
Banyak
variable yang ikut menentukan lancarnya komunikasi.
Dalam
komunikasi terjadi banyak hambatan yang berhubungan dengan persepsi penutur
antara lain :
•
informasi yang dikirim kurang jelas
•
ingatan dan kapasitas penutur dan pendengar berbeda
•
kedua pembicara menggunakan konvensi gramatikal yang berbeda
•
antara keduanya terjadi interferensi gramatikal yang bersifat regional, dan
•
pengaruh alat bicara dan alat dengar yang tidak sempurna.
kalau
kita ingin menggunakan bahasa tertentu, salah satu cara yakni mendengarkan
tuturan penutur bahasa yang bersangkutan.
Dilihat dari segi psikolinguistik, tuturan dapat dilihat dari tiga tingkat,
yakni
Aspek
struktural : mengacu kepada sistem bahasa yang bersangkutan,
Aspek
intensional : mengacu kepada kebertahanan leksikon dan makna pada otak
pembicara ,
Aspek
motivasional : mengacu kepada daya dorong yang menyebabkan seseorang menyatakan
sesuatu dengan menggunakan bahasa.
2.2
Pengertian
Menurut
Langacker: linguistik adalah bahasa manusia
Lyons
: linguistik adalah studi bahasa secara ilmiah
berdasarkan
kedua batasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa objek linguistik adalah
bahasa dan bahasa yang dimaksud adalah bahasa manusia. Untuk berkomunikasi
bahasa memegang peranan yang sangat penting. Bahasa yang sangat berperan adalah
bahasa lisan. Semua manusia menggunakan bahasa lisan untuk menghubungkan
dirinya dengan dunia di luar dirinya. penggunaan bahasa dapat dijadikan alat
untuk menerka proses yang bergejolak dalam jiwa seseorang.
2.3
Bahasa sebagai Objek Linguistik
1)
Bahasa merupakan seperangkat bunyi : bunyi bahasa. Kita mengerti pesan yang
tersirat dalam deretan bunyi bahasa itu karena termasuk penutur bahasa yang
digunakan oleh pembicara
2)
Bahasa bersifat arbitrer
Hubungan
antara bunyi atau urutan bunyi dan objeknya bersifat arbitrer dan tidak dapat
diterka. tidak ada hubungan antara kegiatan meletakan dan bunyi meletakan.
3)
Bahasa bersitaf sistematis
Setiap
bahasa mempunyai sistem sendiri-sendiri yang berbeda dengan sistem bahasa
manapuN
4)
Bahasa merupakan seperangkat simbol
Bahasa
yang dihasilkan oleh alat bicara manusia yang berwujud kata-kata, sebenarnya,
sebenarnya simbol yang mewakili suatu benda, proses, peristiwa atau kegiatan. Misalnya
: kegiatan meletakkan. simbolnya meletakkan. Jadi kalau kita melihat seseorang
sedang membungkukan dan tangannya yang di sebelah menaruh sesuatu maka simbol
kegiatan ini meletakkan.
5)
Bahasa bersifat sempurna
Sempurna
dalam hal telah memenuhi amanat pembicara.
Contoh
: Letakanlah buku di atas meja
2.4
Proses Bahasa
Kalau
kita mendengar orang yang sedang berbicara, sesungguhnya kita hanya mendengar
bunyi-bunyi bahasa yang tentu harus dibedakan dari bunyi yang lain, misalnya
bunyi orang bersiul atau mendengkur. Bunyi bahasa itu, ada yang kita mengerti
dan ada pula yang asing bagi kita. Bunyi bahasa yang kita mengerti menandakan
bahwa pembicara memiliki bahasa yang sama dengan bahasa kita atau antara
pembicara dan kita sebagai pendengar saling mengerti. Sebaliknya kalau kita
mendengar urutan bunyi bahasa tetapi tidak mengerti apa yang dikatakan bahwa
bahasa yang digunakan bukan bahasa kita atau bahasa asing bagi kita. Dengan
adanya pengetahuan tentang bahasa kita dapat menggunakan bahasa Indonesia atau
bahasa lainnya. Artinya ada persepsi yang sama tentang bahasa yang digunakan. secara
operasional, komunikasi yang sedang berlangsung itu bersitaf timbal balik.
Namun
dalam keadaan tertentu komunikasi itu hanya bersifat searah Misalnya : kita
menyuruh seseorang dan yang bersangkutan tidak bereaksi apa-apa,kecuali
melaksanakan suruhan kita. Bahasa yang
digunakan dalam proses komunikasi sebenarnya melalui suatu proses yang disebut
proses bahasa. Proses bahasa dapat dibagi tiga bagian, yakni :
1) proses ketika masih berada dalam jati diri seseorang
2)
berada di lingkungan , dan
3)
berada dalam jati diri pendengar.
BAHASA
DAN PIKIRAN
Bahasa
digunakan untuk mengungkapkan pikiran.
Pertanyaan
yang perlu dikerjakan :
1.
bagaimana hubungan antara bahasa dan pikiran.
2.
dapatkah kita berpikir tanpa bahasa
3.
bagaimana proses berpikir itu
4.
apakah pikiran kita dipolakan oleh struktur bahasa yang kita gunakan
5.
bagaimana caranya agar hasil pemikiran dimengerti oleh pendengar
Langacker
: berpikir adalah aktivitas mental manusia. Aktivitas mental akan berlangsung
apabila ada stimulus, artinya ada sesuatu yang menyebabkan manusia untuk
berpikir. Memang ada saja yang dipikirkan manusia.
Bahasa
digunakan untuk mengoperasikan hasil pemikiran manusia. dalamhubungan inibahasa
dapat dilihat dari dua hal yakni :
1)
sebagai aktivitas jiwa;
2)
bahasa sebagai aktvitas otak
•
Sebagai aktivitas jiwa : bahasa dapat dianggap baik sebagai gerakan mental atau
sebagai stimulus reaksi..
•
Ilmu yang mempelajari bahasa sebagai gerakan mental di sebut psikomekanik
•
bahasa dianggap sebagai aktivitas otak
Sebagai
aktivitas otak terdapat dua pendekatan yang digunakan yakni :
•
pendekatan melalui neurology : bunyi bahasa dan konsep terdapat dalam otak
•
pendekatan teknologi :
terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan
1. model kontruksi
2.
model teoritis
3.
model kerja
1
pengertian
Psikolog
dan linguis pada saat ini lebih suka menggunakan istilah akuisisi bahasa
(language acquisition) .Istilah akuisisi lebih baik digunakan daripada istilah
belajar bahasa karena belajar bahasa lebih banyak digunakan oleh ahli-ahli
psikologi.
• Studi tentang akuisisi bahasa bukan hanya dilakukan bagi anak-anak norma
tetapi, tetapi juga dilakukan terhadap anak-anak yang abnormal.
2.Teori
Akuisisi Bahasa
1)
Teori akuisisi bahasa yang behavioristik atau kaum empiris/ antimentalistik/
makanis : tidak ada struktur linguistik yang dibawa sejak lahir. Anak lahir
dianggap kosong dari bahasa. Lingkunganlah yang akan membentuk yang
perlahan-lahan dikondisi oleh lingkungan dan pengukuhan terhadap tingkah
lakunya. pengetahuan dan ketrampilan berbahasa diperoleh melalui pengalaman dan
proses belajar
2) Teori akuisisi bahasa yang mentalistik /nativis / rasionalis : Seorang anak
sejak lahir telah membawa sejumlah kapasitas atau potensi bahasa yang akan
berkembang sesuai dengan proses kematangan intelektualnyaatau disebut LAD
(Language Acquisition Device).kelangkapan berbahasa ini berisis sejumlah
hipotesis bawaan.
3)
Teori akuisisi bahasa yang kognitiftik : aspek pengetahuan dan pegalaman
Teori
kognitif menekankan hasil kerja menta, hasil pekerjaan yang nonbehaviristik
Proses Akuisisi Bahasa
Telah
ada keyakinan antara sesame ahli psikolinguistik bahwa akuisisi bahasa bersifat
dinamis : berlangsung dari tahap yang satu ke tahap yang lain. dalam tahap
perkembangan akuisisi ini terjaadi :
•
perubahan yang terjadi dengan struktur kata
•
perkembanagan ditentukan oleh interaksi personal, berfungsinya saraf secara
baik dan proses kogniti
•
bahwa dalam akuisisi bahasa terjadi proses pemilihan kata-kata dan struktur
yang tidak dimiliki oleh anak
•
bahwa teori yang digunakan bersifat umum : akuisisi bahasa dipengaruhi oleh
penggunaan bahasa sekitar. DKL: akuisisi bahasa tergantung pada lingkungan
bahasa anak.
Reaksi
pertama yang dilakukan oleh anak yang baru lahir : menangis
Tidak
seorangpun bayi yang lahir segera mengucapkan kalimat:
Misalnya
: wah, saya baru lahir tangisan pertama tidur
•
menangis panas, dingin, lapar, basah,dll.
•
menghafal bau badan orang yang selalu dekat dengannya
Perkembangan
Akuisisi Bahasa
Akuisisi
bahasa berkembang melalui fase-fase tertentu. Kriteria yang yang digunakan
adalah : gejala yang dilihat pada perkembangan anak itu sendiri.
Perkembangan akuisisi bahasa
Area studi
Psikolinguistik
bersifat interdisipliner
dan dipelajari oleh ahli dalam berbagai bidang, seperti psikologi, ilmu
kognitif, dan linguistik. Psikolinguistik adalah perilaku berbahasa yang
disebabkan oleh interaksinya dengan cara berpikir manusia. Ilmu ini meneliti
tentang perolehan, produksi dan pemahaman terhadap bahasa[1]. Ada beberapa subdivisi dalam
psikolinguistik yang didasarkan pada komponen-komponen yang membentuk bahasa
pada manusia.
- Fonetik dan fonologi mempelajari bunyi ucapan. Di
dalam psikolinguistik, penelitian terfokus pada bagaimana otak memproses
dan memahami bunyi-bunyi ini.
- Morfologi mempelajari struktur
kalimat, terutama hubungan antara kata yang berhubungan dan pembentukan
kata-kata berdasarkan pada aturan-aturan.
- Sintaks mempelajari pola-pola yang
menentukan bagaimana kata-kata dikombinasikan bersama membentuk kalimat
- Semantik berhubungan dengan makna dari
kata atau kalimat. Bila sintaks berhubungan dengan struktur formal dari
kalimat, semantik berhubungan dengan makna aktual dari kalimat.
- Pragmatik berhubungan dengan peran
konteks dalam penginterpretasian makna.
- Studi
tentang cara mengenali dan membaca kata meneliti proses yang tercakup
dalam perolehan informasi ortografik,
morfologis, fonologis, dan
semantik dari pola-pola dalam tulisan.
Perolehan bahasa
Terdapat
beberapa teori mengenai perolehan bahasa pada bayi dan balita yang bersumber
pada perkembangan psikologi yang bersifat natur
dan nurtur. Natur adalah aliran yang meyakini bahwa kemampuan
manusia adalah bawaan sejak lahir. Oleh karena itu manusia telah dilengkapi
secara biologis oleh alam (natur) untuk memproduksi bahasa melalui alat-alat
bicara (lidah, bibir, gigi, rongga tenggorokan, dibantu oleh alat pendengaran)
maupun untuk memahami arti dari bahasa tersebut (melalui skema pada kognisi). Noam Chomsky adalah tokoh yang mempercayai
peran natur secara radikal dalam perolehan bahasa. Pihak yang mempercayai
kekuatan nurtur dalam perolehan bahasa berargumen bahwa bayi dan balita
memperoleh bahasa karena terbiasa pada bahasa ibu. Hal ini terbukti pada
pembentukan kemampuan fonem yang tergantung pada bahasa ibu. Misalkan pada bayi
Jepang pada usia dibawah 6 bulan masih dapat membedakan fonem ra dan la dengan
jelas, namun pada usia satu tahun mereka kesulitan untuk membedakan fonem ra
dan la.Michael
Tomasello mengkritik Chomsky bahwa bahasa tidak akan muncul begitu
saja. Ia meyakini bahwa bahasa diperoleh karena bayi belajar menggunakan bahasa
sebagai simbol terlebih dahulu dengan kemampuan bayi untuk melakukan atensi
bersama (Join attention) pada saat sebelum bayi mampu
memproduksi bahasa [2]. Pada dasarnya natur
dan nurtur memiliki kontribusi terhadap perolehan bahasa pada bayi.
Mekanisme perolehan bahasa
Imitasi dalam perolehan bahasa terjadi
ketika anak menirukan pola bahasa maupun kosa kata dari orang-orang yang
signifikan bagi mereka, biasanya orang tua atau pengasuh. Imitasi yang dilakukan oleh anak, tidak
hanya menirukan secara persis (mimikri) hal yang
dilakukan orang lain, namun anak memilih hal-hal yang dianggap oleh anak
menarik untuk ditirukan.
Mekanisme
perolehan bahasa melalui pengkondisian
diajukan oleh B.F
Skinner. Mekanisme pengkondisian atau pembiasaan terhadap ucapan
yang didengar anak dan diasosiasikan dengan objek atau peristiwa yang terjadi.
Oleh karena itu kosa kata awal yang dimiliki oleh anak adalah kata benda.
Anak
memperoleh pemahaman terhadap kata (semantik) karena secara kognisi ia memahami
tujuan seseorang memproduksi suatu fonem melalui mekanisme atensi
bersama. Adapun produksi bahasa diperolehnya melalui mekanisme
imitasi.
Psikolinguistik
Bagaimana
manusia memahami bahasa, memproduksi bahasa dan bagaimana mereka memperoleh
kedua kemampuan tersebut. Pemahaman dapat didefinisikan dalam dua sudut
pandang: dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit pemahaman
berarti proses mental untuk menangkap bunyi-bunyi yang diujarkan seorang
penutur untuk membangun sebuah interpretasi mengenai apa yang dia anggap
dimaksudkan oleh si penutur, sedangkan dalam arti luas, hasil interpretasi
tersebut digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan yang relevan.
Produksi sering diidentikkan dengan berbicara, meskipun produksi juga mencakup
menulis. Dalam berbicara, juga menulis, seorang penutur melakukan dua jenis
kegiatan, yaitu merencanakan dan melaksanakan yang meliputi tatar wacana, tatar
kalimat, tatar konstituen, program artikulasi dan artikulasi.
b. Perbedaan antara kajian Psikolinguistik dan
Sosio-linguistik
Menurut Foos (dalam Herman J. Waluyo, 2006:1)
psikolinguistik adalah ilmu yang menelaah tentang apa yang diperoleh seseorang,
jika mereka melaksanakan proses perolehan bahasa (language acquisition);
bagaimana mereka memperoleh bahasa (producing language and speech); bagaimana
mereka menggunakan bahasa dalam proses mengingat dari memahami bahasa itu
(comprehension and memory). Psikolinguistik berhubungan erat dengan psikologi
kognitif, yakni psikologi yang membahasa tentang pemaman dan berfikir.
Dari pengertian yang dinyatakan Foos tersebut
dapat dilihat, bahwa psikolinguistik berhubungan dengan: (1) proses perolehan
bahasa, (2) proses produksi bahasa, dan (3) proses pemahaman dan ingatan. Dalam
proses produksi bahasa dibahas juga proses kerja otak manusia. Dalam hal ini
kita berhadapan dengan neorolinguistik. Dalam proses perolehan bahasa, kita
dihadapkan juga dengan perkembangan bahasa anak. Dalam proses pemahaman bahasa,
kita dihadapkan dengan proses mengingat bahasa, dan keduanya merupakan proses
bagaimana seseorang mengerti bahasa.
Psikolinguistik mempelajari faktor-faktor
psikologis dan neurobiologis yang
memungkinkan manusia
mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa. Kajiannya
semula lebih banyak bersifat filosofis, karena masih sedikitnya pemahaman tentang
bagaimana otak
manusia berfungsi. Oleh karena itu psikolinguistik sangat erat kaitannya dengan
psikologi kognitif. Penelitian modern menggunakan biologi, neurologi, ilmu kognitif, dan teori informasi
untuk mempelajari cara otak memroses bahasa.
Sosiolinguistik yang mengacu
pada pemahaman terhadap konteks sosial tempat terjadinya peristiwa komunikasi.
Kemampuan kewacanaan mengacu pada interpretasi terhadap unsur-unsur pesan
secara individual, hubungan antara pesan-pesan itu dalam suatu wacana,
(koherensi) serta keseluruhan makna wacana.
c. Psikolinguistik cenderung bersifat mentalistik
dan bukan behavouristik
Karena berhubungan
faktor-faktor penggunaan bahasa dengan factor-faktor diluar bahasa di dalam
masyarakat bahasa. Faktor-faktor itu misalnya: sopan santun, kepantasan,
kejelasan (tidak ambigu), kelayakan (cukup tidaknya ekspresi bahasa), kelucuan,
dan sebagainya.
Sejumlah konsep
pendapat-pendapat para teorisi mengenai bagaimana seseorang memahami dan
merespons terhadap apa-apa yang ada di alam semesta ini. Kita telah berbicara
mengenai pandangan-pandangan kaum mentalis dan kaum bahavioris, terutama dalam
kaitan dengan keterhubungan antara bahasa, ujaran dan pikiran. Menurut kaum
mentalis, seorang manusia dipandang memiliki sebuah akal (mind) yang berbeda
dari badan (body) orang tersebut. Artinya bahwa badan dan akal dianggap sebagai
dua hal yang berinteraksi satu sama lain, yang salah satu di antaranya mungkin
menyebabkan atau mungkin mengontrol peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
bagian lainnya. Dalam kaitan dengan perilaku secara keseluruhan, pandangan ini
berpendapat bahwa seseorang berperilaku seperti yang mereka lakukan itu bisa
merupakan hasil perilaku badan secara tersendiri, seperti bernapas atau bisa
pula merupakan hasil interaksi antara badan dan pikiran. Mentalisme dapat
dibagi menjadi dua, yakni empirisme dan rasionalisme.
Fenomena mentalistik yang
dimaksud ialah proses berfikir yang dilakukan secara tidak sadar seperti
pemerolehan bahasa pada anak-anak. Bahasa pada anak-anak didapat dari proses
memperhatikan tata bahasa serta pembaharuan asli bahasa orangtuanya yang
kermudian dia cocokkan rangkaian hipotesis tata bahasa tadi dengan
ucapan-ucapan orangtuanya lalu ia apdukan dengan tata bahsa baru buatannya
sendiri sebagai tata bahasa tunggal. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak dapat
diketahui dengan mengadakan penelitian mengenai bahasa anak itu sendiri.
Penelitina itu penting karena bahasa anak memang manarik untuk diteliti. Selain
itu juga hasil penelitiannya pun dapat membantu mencari solusi pada aneka ragam
masalah serta dari hasil penelitian itu pula jelaslah bahwa fenomena
pemerolehan bahasa relevan bagi perkembangan teori linguistic. Walaupun
demikian ditemukan pula adanya kesulitan-kesulitan dalam penelitian tersebut.
Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa meski agak jelas beda dalam
permukaan struktur bahasa anak dengan orang dewasa, namun tidak begitu jelas
hubungan komponen tata bahasa anak dengan tata bahasa orang dewasa.
Selain pemerolehan bahasa anak, bahasa sebagai satuan kognitif juga menerangkan
bahwa bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Hubungan tersebut jelas sebab
apabila kita ingin memandang miliki bahasa sebagai suatu ciri biologis manusia,
maka haruslah kita menjelaskan bagaimana cara suatu system biologis seperti
otak manusia dapat mewujukan kreativitas.
Anggapan-anggapan kaum
behavioris mengenai keterkaitan antara bahasa dengan pikiran, yang kemudian
diikuti oleh argumen-argumen yang menentang anggapan tersebut. Namun, hanya dua
anggapan yang paling penting yang disajikan. Dua anggapan lainnya hanya
disarikan dan disajikan secara singkat. Anggapan-anggapan bahwa:(1) bahasa merupakan
landasan bagi pikiran, (2) bahasa merupakan landasan utama bagi pikiran, (3)
bahasa mempengaruhi pandangan, persepsi, dan pemahaman manusia mengenai dunia
di sekelilingnya serta mengenai budaya tempat ia hidup memiliki argumen argumen
yang kurang kuat. Bukti-bukti bahwa anak-anak yang belum bisa berbicara telah
mampu memahami ujaran orang yang berbicara kepadanya, kenyataan bahwa orang
tuli dapat memberi respons yang memadai terhadap orang yang berinteraksi
dengannya, dan kenyataan bahwa multibahasawan hanya memiliki satu keyakinan dan
pandangan hidup, serta kenyataan bahwa orang-orang yang memiliki bahasa yang
sama memiliki persepsi yang berbeda mengukuhkan kelemahan argumen tersebut.
2. a.
Kesemestaan dalam bahasa
Kaum mentalis berpendapat bahwa setiap anak yang lahir telah memiliki
sejumlah kapasitas atau potensi bahasa. Potensi bahasa ini akan berkembang
apabila saatnya tiba. (Brown, 1980) beranggapan bahwa setiap anak yang lahir
telah memiliki apa yang mereka sebut LAD (Language Acquisition Device).
Kelengkapan bahasa ini berisi sejumlah hipotesis bawaan. McNeill (Brown, 1980)
menyatakan bahwa LAD terdiri dari: (a) kecakapan untuk membedakan bunyi bahasa
dengan bunyi-bunyi yang lain, (b) kecakapan mengorganisasi satuan linguistik ke
dalam sejumlah kelas yang akan berkembang kemudian, (c) pengetahuan tetang
sistem bahasa yang mungkin dan yang tidak mungkinn, dan (d) kecakapan
menggunakan sistem bahasa yang didasarkan pada penilaian perkembangan sistem
linguistik, dengan demikian dapat melahirkan sistem yang dirasakan mungkin di
luar data linguistik yang ditemukan.
Senada dengan itu, Ellis (1986) menyimpulkan pandangan mentalis tentang
pemerolehan B1 sebagai: (1) bahasa merupkan kemampuan khusus manusia; (2)
keberadaannya tidak terikat oleh otak atau akal budi manusia, karena meskipun
bahasa merupakan bagian alat-alat kognitif, bahasa terpisah dari mekanisme
kognitif umum yang berkaitan dengan perkembangan intelektual; (3) faktor utama
pemerolehan B1 adalah piranti pemerolehan bahasa (LAD) yang secara genetis
memengaruhi dan menyumbangkan seperangkat prinsip tata bahasa pada anak; (4)
LAD berhenti perkembangannya karena usia dan; (5) proses pemerolehan bahasa
terdiri atas pengujian hipotesis dengan cara menghubungkan tata bahasa B1
pebelajar dengan univeral grammar. Pandangan kaum mentalis tentang pemerolehan
B2, karena seorang pebelajar menguasai pengetahuan bahasa ibunya dengan jalan
menguji hipotesis yang dibuatnya. Tugasnya adalah menghubungkan pengetahuan
bawaan tentang gramatika dasar dengan struktur lahir kalimat-kalimat bahasa
yang dipelajarinya.
b. Kesemestaan dalam bahasa relevan dengan
psikolinguistik
Bahasa sebagai satuan kognitif adalah kreativitas
linguistic yang merupakan ciri kesemestaan bahasa. Dalam krestivitas linguistic
ditemukan adanya empat aspek yang dibicarakan. Keempat aspek tersebut yaitu:
pertama, ketakterbatasan ekspresi linguistik. Ketakterbatasan linguistik ini
merupakan bentuk dan isi ekspresi sebagai refleksi-refleksi langsung dari
situasi-situasi non-linguistik. Kedua, kreativitas bahasa relative bebas dari
pengawasan stimulus. Dalam hal ini bahasa dapat bertindak sebagai alat pikiran
dan swa-ekspresi. Ketiga, keserasian ujaran dengan keadaan yang merupakan
ekspresi-ekspresi linguistik dengan situasi. Keempat, adanya aspek kesanggupan
menciptakan kosa kata baru yang menyatakan adanya suatu konsep atau ide baru.
Dalam hal ini sistem bahasa sebagai satuan kognitif Nampak ketika setiap orang
yang normal dalam jangka waktu yang tidak tentu menganggap ucapan-ucapan baru
sebagai ucapan-ucapan yang wajar. Karena apabila ktia perhatikan dalam
peristiwa tersebut secara tidak sadar pemakai bahasa ketika berbicara mengikuti
kaidah-kaidah linguistik dan mengerti bahasa alamiah. Bahasa sebagai satuan
kognitif juga membahas mengenai kaidah-kaidah linguistik, kapasitas tak
terbatas dengan cara terbatas, bahasa dan kebudayaan, sistem komunikasi
linguistik, serta tata bahasa deskriptif vs preskriptif yang kesemuanya ada
dari hasil peoses berfikir manusia atas apa yang dia lihat dan alami.
3. Sejumlah konsep
pendapat-pendapat para teorisi mengenai bagaimana seseorang memahami dan
merespons terhadap apa-apa yang ada di alam semesta ini. Pandangan-pandangan
kaum mentalis dan kaum bahavioris, terutama dalam kaitan dengan keterhubungan
antara bahasa, ujaran dan pikiran. Menurut kaum mentalis, seorang manusia
dipandang memiliki sebuah akal (mind) yang berbeda dari badan (body) orang
tersebut. Artinya bahwa badan dan akal dianggap sebagai dua hal yang
berinteraksi satu sama lain, yang salah satu di antaranya mungkin menyebabkan
atau mungkin mengontrol peristiwa-peristiwa yang terjadi pada bagian lainnya.
Dalam kaitan dengan perilaku secara keseluruhan, pandangan ini berpendapat
bahwa seseorang berperilaku seperti yang mereka lakukan itu bisa merupakan
hasil perilaku badan secara tersendiri, seperti bernapas atau bisa pula
merupakan hasil interaksi antara badan dan pikiran. Mentalisme dapat dibagi
menjadi dua, yakni empirisme dan rasionalism.
Kedua pendapat ini pun
memiliki pandangan-pandangan yang berbeda dalam memahami persoalan
gagasan-gagasan batin atau pengetahuan. Semua kaum mentalis bersepakat mengenai
adanya akal dan bahwa manusia memiliki pengetahuan dan gagasan di dalam
akalnya. Meskipun demikian, mereka tidak bersepakat dalam hal bagaimana gagasan-gagasan
tersebut bisa ada di dalam akal. Apakah gagasan-gagasan tersebut seluruhnya
diperoleh dari pengalaman (pendapat kaum empiris) atau gagasan-gagasan tersebut
sudah ada di dalam akal sejak lahir (gagasan kaum rasional). Bahkan di dalam
kedua aliran ini pun, terdapat perbedaan pendapat. Kemudian, diketengahkan
mengenai empirisme. Dalam kaitan ini kenyataan bahwa kata empiris dan empirisme
telah berkembang menjadi dua istilah yang memiliki dua makna yang berbeda.
Setelah itu, isu lain yang mengelompokkan kaum empiris, yakni isu yang
berkenaan dengan pertanyaan apakah gagasan-gagasan di dalam akal manusia yang
membentuk pengetahuan bersifat universal atau umum di samping juga bersifat
fisik.
Pada bagian selanjutnya, pendapat-pendapat kaum behavioris, antara lain
pendapat-pendapat John B. Watson, pendiri behaviorisme. Watson menganggap bahwa
kesadaran merupakan tahayul-tahayul radius yang tidak relevan terhadap studi
psikologi. Watson mengatakan bahwa keyakinan pada adanya kesadaran berkaitan
dengan keyakinan masa-masa nenek moyang mengenai tahayul. Magis-magis
senantiasa hidup. Konsep-konsep warisan masa praberadab ini telah membuat
kebangkitan dan pertumbuhan psikologis ilmiah menjadi sangat sulit. Kriteria
Watson dalam menentukan apakah sesuatu itu ada atau tidak ada adalah
berdasarkan apakah hal tersebut dapat diamati atau tidak dapat diamati.
PART II:
1. Peran ibu dan anak dalam proses komunikasi dalam
data tersebut;
yang dapat dimaknai adalah
penerapan teori bahasa sebagai landasan pendekatan komunikasi. Dalam hal ini
bahasa dilihat lebih dari sekedar sistem kaidah gramatikal yaitu sebagai sebuah
sistem komunikasi. Teori ini memandang bahwa: bahasa adalah sistem untuk
mengungkapkan makna; fungsi utama bahasa adalah untuk interaksi dan komunikasi;
struktur bahasa mencerminkan kegunaan fungsional dan komunikatifnya; dan unit
utama bahasa tidak hanya berupa ciri-ciri gramatikal dan strukturnya, tetapi
juga kategori makna fungsional dan komunikatif. Strategi komunikasi mengacu
pada kemampuan untuk mengelola komunikasi, dalam hal memulai komunikasi,
mempertahankan kelangsungan komunikasi, mengakhiri komunikasi, memperbaiki
hubungan, dan sebagainya sehingga komunikasi berjalan lancar. Demikian
pentingnya kemampuan berkomunikasi itu, maka kemampuan berkomunikasi inilah
seharusnya yang menjadi tujuan pengajaran bahasa.
2. Data yang menyatakan bahwa anak cenderung membuat
istilah sendiri yaitu:
a. Dimas mengatakan binatang
anjing dengan kata-kata guk-guk akal. Dimas mendengar suara
anjing atau disebut menggonggong tersebut dikira akan menggigit Dimas. Karena
suara binatang anjing itu guk-guk, maka Dimas memanggilnya atau menamai sesuai
dengan suaranya guk-guk, dan Dimas mengatakan kata akal
yang maksudnya nakal karena Dimas belum fasih mengatakan maka yang diucapkan
hanya suku kata yang terakhir.
b. Dimas mengatakan moh cini,
yang maksudnya tidak mau disini. Kata moh di sini mungkin karena lingkungan
atau orang tuanya suku Jawa maka Dimas menggunakan kata moh
yang dalam bahasa Indonesia dalam konteks data tersebut berarti tidak.
Menurut Skinner, anak-anak
mengakusisi bahasa melalui hubungan dengan lingkungan, dalam hal ini dengan
cara meniru. Dalam hubungan dengan peniruan ini, faktor yang terpenting adalah
frekuensi berulangnya suatu kata atau urutan kata. Ujaran-ujaran itu akan
mendapat pengukuhan sehingga anak lebih berani menghasilkan kata dan urutan
kata. Dengan cara ini lingkungan akan mendorong anak untuk menghasilkan tuturan
yang gramatikal dan tidak memberi pengukuhan terhadap tuturan yang tidak gramatikal.
3. Dimas berada pada tahap membuat istilah sendiri
untuk menyatakan gagasannya.
Pemerolehan bahasa merupakan
hasil interaksi antara kemampuan mental pebelajar dengan lingkungan bahasa
(Ellis, 1986). Interaksi antara keduanya adalah manifestasi dari interaksi
verbal yang aktual antara pebelajar dengan orang lain. Pendekatan
interaksionisme oleh van Els (dalam Yulianto, 2007) menyebut sebagai pendekatan
prosedural, di mana dalam pendekatan ini interaksi antara faktor internal
dengan faktor eksternal bersifat sentral. Titik awal pendekatan ini adalah
kemampuan kognitif anak dalam menemukan sruktur bahasa di sekitarnya. Faktor
interna, merupakan kemampuan mental anak sangat berpengaruh. Namun, faktor
lingkungan juga berperanan menentukan macam pemerolehannya, terutama leksikon.
Di samping itu, Yulianto (2001) juga setuju kepada pandangan Dardjowidjojo
(2005: 304) yang mengungkapkan bahwa faktor kodrati dan lingkungan berpengaruh
dalam pemerolehan bahasa anak. Secara eksplisit pandangan ini sesuai dengan pandangan
interaksionisme (Ellis,1986).
Menurut pandangan interaksionisme, interaksi antara faktor
internal dengan faktor eksternal bersifat sentral. Titik awal pendekatan ini
adalah kemampuan kognitif anak dalam menemukan struktur bahasa di sekitarnya.
Baik pemahaman maupun produksi bahasa pada anak-anak dipandang sebagai sistem
prosedur penemuan yang secara terus-menerus berkembang dan berubah.